What's Wrong with Drone?
Info RoboticPenerbangan Natal di Bandara Internasional Gatwick, London, pada 2018 terganggu selama 36 jam. Sebanyak 140 ribu penumpang dari 1.000 penerbangan harus gagal mendarat dan terbang karena petugas keamanan menemukan pesawat tanpa awak (drone) yang tengah melintas di area penerbangan.
Walau ukurannya lebih kecil dibandingkan pesawat terbang, namun keberadaan drone di area bandara sangatlah terlarang. Pengintaian untuk aksi terorisme sampai kecelakaan pesawat bisa menjadi akibat yang paling fatal.
Selain menerbangkan drone di area bandara, pelaku yang ditangkap juga karena tak mengantungi izin menerbangkan drone. Ya, beberapa negara memang mulai menetapkan aturan tersebut.
Bagi yang sudah mengantongi izin menerbangkan drone biasanya tahu bahwa ada area yang tak boleh diterbangi, seperti bandara, bangunan tertutup, sampai keramaian publik.
Gatwick dan Heathrow dilaporkan membeli sistem pencegahan drone tak berizin seharga US$6 juta.
Sistem mahal tersebut setingkat militer, karena tidak hanya untuk mengusir drone biasa namun juga drone yang kemungkinan bersenjata.
Penyelidikan terhadap insiden Gatwick sedang berlangsung dan bulan lalu dilaporkan oleh Kepolisian Sussex Inggris bahwa itu mungkin merupakan pekerjaan orang dalam.
Dalam sebuah pernyataan disebutkan bahwa berdasarkan perilaku drone, mungkin pilot memiliki pengetahuan langsung tentang "lingkungan operasi bandara," atau akses ke informasi itu.
McQuillan memperingatkan bahwa kemungkinan ada kelompok lain yang mulai menggunakan drone untuk memperlancar kegiatannya.
Inggris telah memperkenalkan undang-undang baru pada bulan Maret, yakni memperpanjang larangan penggunaan drone di sekitar bandara dari jarak satu kilometer menjadi lima kilometer.